Konflik manusia dan harimau (human tiger conflict/HTC) menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa manusia. Diperlukan aksi mitigasi konflik guna mencegah kerugian ekonomi dan nyawa manusia, sekaligus melindungi populasi harimau sumatera.
Konflik dengan korban terbanyak adalah saat harimau yang menyerang hewan ternak sehingga ternak terluka atau tewas. Korban nyawa terjadi saat harimau menyerang manusia yang menyebabkan seseorang terluka atau tewas.
Untuk jenis konflik pertama yaitu serangan harimau terhadap hewan ternak, pada periode 2001-2016, telah terjadi 376 kasus atau menempati posisi pertama dari empat jenis konflik harimau dan manusia. Sementara serangan harimau terhadap manusia terjadi 184 kali (data diambil dari buku “Spatio-Temporal Patterns of Human Tiger Conflicts in Sumatra)”.
Dari 376 kasus penyerangan harimau terhadap hewan ternak tersebut, tercatat 1247 ekor ternak menjadi korban. Korban kambing menempati urutan terbanyak dengan 593 ekor (47%). Di posisi kedua adalah sapi dengan jumlah 210 ekor (16,8%), diikuti kerbau sebanyak 83 ekor (6,6%), selanjutnya anjing sebanyak 169 ekor (13,6%) dan ayam sebanyak 193 ekor (13,6%).
Selain menyerang ternak, harimau dalam kondisi tertentu juga menyerang manusia. Jumlah korban yang meninggal atau terluka akibat serangan harimau mencapai 184 orang dalam periode yang sama.
Kerusakan habitat adalah salah satu pemicu konflik manusia dan harimau. Akibat daya dukung dan daya tampung ekosistem yang terus berkurang, sebagai predator utama, harimau harus mencari mangsa di luar wilayah mereka. Jumlah mangsa dan daya jelajah harimau semakin terbatas akibat kerusakan hutan yang menjadi habitat alami mereka.
Aksi mitigasi untuk menjaga populasi harimau dan mencegah kerusakan ekosistem dan habitat harimau dilakukan oleh Proyek Sumatran Tiger.
Bekerja sama dengan berbagai pihak, proyek berupaya meningkatkan kapasitas pengelola wilayah lindung, membangun sistem koordinasi lintas-sektoral untuk lanskap-lanskap prioritas dan pembiayaan berkelanjutan guna mendukung pengelolaan keanekaragaman hayati.
Peningkatan kapasitas manajemen dilakukan dengan penyegaran fasilitator METT (Management Effectiveness Tracking Tools). Bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan para pemangku kepentingan lain Proyek Sumatran Tiger juga menyusun panduan SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) serta menfasilitasi pengembangan sistem SMART – RBM untuk mendukung pelaksanaan patroli di taman nasional.
Edukasi mengenai pentingnya keberadaan harimau sumatera juga terus dilakukan melalui jaringan komunikasi Sumatran Tiger. Proyek Sumatran Tiger juga akan melaksanakan pelatihan komunikasi dan advokasi guna mempromosikan pentingnya konservasi harimau sumatera sebagai simbol ekosistem yang sehat dan seimbang. Jika populasi harimau meningkat, lingkungan juga akan lestari dan sejahtera.
@SumatranTigerID